Hi, Friends ! welcome to www.Kusuka.web.id. | About Us | Contact | Register | Sign In
Berita Islam Dakwah Kebesaran Allah Motivasi Cinta Pernikahan Remaja Keluarga
Berita Islam Berita Nasional Berita Dunia Berita Banua
Bisnis Syariah Bisnis Online Wirausaha Agribisnis Dollar Halal
Makanan Minuman Kue
Anime Lucu Nasyid Bola Movies Aneh
Anime Lucu Nasyid Bola Movies Aneh
Anime Lucu Nasyid Bola Movies Aneh
Anime Lucu Nasyid Bola Movies Aneh
Anime Lucu Nasyid Bola Movies Aneh
Anime Lucu Nasyid Bola Movies Aneh

My Profile

Foto saya
Ibarat lebah madu, selalu mendapatkan sesuatu yang baik dari tempat yang baik dan untuk kebaikan bersama.

Statistik Visitor

Diberdayakan oleh Blogger.

INOVASI SARANG LEBAH TRIGONA SEBAGAI PENGHASIL MADU PROPOLIS

Lebah Trigona merupakan salah satu spesies lebah penghasil madu yang masuk dalam Famili Meliponidae yakni tidak memiliki sengat. Lebah jenis ini masih kurang populer dalam hal menghasilkan madu dibandingkan dengan Famili Apidae, misalkan spesies Apis mellifera yang merupakan lebah dari eropa dengan produksi madu rata-rata mencapai 30-60 kg per koloni pertahun. Spesies lain dari Famili Apidae ini yaitu Apis cerana yang merupakan lebah lokal dengan ukuran yang lebih kecil dari Apis mellifera mampu menghasilkan madu sekitar 5 kg perkoloni pertahun. Adapun lebah Trigona hanya sedikit mengasilkan madu sehingga jarang dibudidayakan (Sarwono, 2001). Akan tetapi lebah Trigona memiliki keistimewaan yaitu produksi propolis yang tinggi mencapai 3 kg pertahun dibandingkan lebah genus Apis yang hanya menghasilkan 20-30 gram per tahun (Anonim, 2010).
Pada satu dekade terakhir, propolis telah banyak menarik perhatian peneliti karena beberapa karakteristik baik biologis maupun farmakologis seperti immunomodulator, anti tumor, antimikroba, anti inflamasi, anti oksidan dan lain-lain. Selain memang telah banyak produk yang mengandung propolis dipasarkan secara luas oleh industry farmasi dan makanan kesehatan (Sforcin, 2011).

Gambar 1. Propolis yang baru dipanen (Anonim, 2010)

Propolis adalah material yang mengandung resin yang dikumpulkan oleh lebah dari eksudat tanaman, yang diubah dengan adanya enzim pada tubuh lebah. Warna propolis bervariasi dari hijau, merah dan coklat gelap. Propolis memiliki ciri-ciri bau yang khas dan sifat adhesive karena sangat lengket apabila bersentuhan dengan minyak dan protein pada kulit. Secara umum propolis di alam terdiri atas 30% lilin, 50% resin, 10% minyak essensial dan aromatic, 5% pollen dan substansi lain. Secara Etymologi, kata propolis dalam bahasa yunani, pro berarti pertahanan, dan polis berarti kota, sehingga dapat diartikan “pertahanan koloni”. Lebah menggunakan propolis untuk menutup lubang pada sisiran sarang, memuluskan dinding sarang bagian dalam, serta untuk menutup bangkai makhluk asing yang mati di dalam sarang agar tidak terjadi pembusukan (Sforcin dan Bankova, 2007).
Menurut Prof. Mappatoba Sila, Guru Besar ahli Trigona dari Universitas Hasanuddin, perbedaan struktur fisiologis lebah Trigona dengan genus Apis yaitu tidak memiliki sengat, ternyata merupakan faktor yang menyebabkan perbedaan kuantitas propolis yang dihasilkan. Lebah Trigona mengkompensasi ketiadaan sengat dengan memproduksi propolis lebih banyak sebagai mekanisme untuk mempertahankan diri. Propolis berfungsi mensterilkan sarang dari organisme pengganggu seperti bakteri, cendawan dan virus (Anonim, 2011a).
Selain itu propolis yang dihasilkan oleh lebah Trigona memiliki kualitas yang tinggi. Hal ini telah dibuktikan oleh Zainal Hasan, peneliti dari Laboratorium Biokimia Institut Pertanian Bogor yang membuktikan kadar flavonoid propolis Trigona mencapai 4%, sementara pada Apis hanya 1,5%. Kadar flavonoid berpengaruh terhadap proses penyembuhan penyakit dimana semakin tinggi kadar flavonoid maka semakin cepat terjadinya penyembuhan. Zainal Hasan juga membuktikan efektifitas propolis untuk menekan pertumbuhan berbagai jenis bakteri seperti Bacillus subtilis, Pseudomonas euroginosa dan Staphylococcus aureus yang dapat menyebabkan infeksi pada tubuh manusia. Dengan demikian propolis Trigona sangat bermanfaat apabila dikonsumsi oleh manusia (Anonim, 2011a).

HABITAT ALAMI LEBAH TRIGONA
Trigona sp. merupakan lebah yang banyak ditemukan hidup dan di negara dengan daerah hutan tropis seperti Indonesia, Malaysia dan Filipina. Di Indonesia, lebah ini memiliki banyak sebutan, antara lain lebah lilin, klanceng, lanceng (Jawa), gala-gala atau golo-golo (Sumatera Barat), teweul (Sunda), dan ketape atau kammu (Sulawesi Selatan). Secara alami lebah trigona hidup dengan membuat sarang di lubang-lubang pohon buah atau atau batang bambu yang digunakan untuk menyangga pohon-pohon buah (Inoue, 1984). Arsitektur dan bahan pembuat sarang lebah Trigona tergolong unik karena bila diamati sarangnya terdiri atas batumen dan cerumen, propolis, lumpur atau kapur serta kotoran hewan atau serat tanaman. Selain hidup di batang pohon dan celah batu, lebah dapat pula bersarang di kayu, tanah bahkan daun pintu yang terbuat dari kayu berlapis dua. Pintu sarang umumnya sangat kecil sehingga hanya bisa dilewati oleh seekor lebah, tetapi ada juga yang lebih besar. Biasanya di sekeliling pintu sarang dilapisi campuran lumpur, tetesan resin, dan propolis sehingga menyerupai bingkai.
Bagian interior sarang lebah trigona lebih rumit dibandingkan jenis Apis. Sel untuk anakan, sel penyimpanan madu dan sel pollen berbeda bentuk, ukuran dan letak. Sel anakan lebih kecil dengan ukuran dan bentuk yang sama antara jantan dan betina, sedangkan sel ratu ukurannya lebih besar. Sisiran sel untuk anakan tersusun horizontal dengan bahan sisiran yang dibuat dari campuran resin tumbuhan.
 Gambar 2. Bagian dalam sarang yang terlihat setelah bambu dibelah (Anonim, 2011b)

Pada saat lebah aktif di dalam sarang, terjadi proses pemindahan nektar dari lebah lapangan ke lebah rumah tangga dan diteruskan kepada lebah yang lain sehingga disimpan di dalam sel. Nektar yang telah diperoleh dikonsumsi bersama-sama. Lapisan lilin yang terbentuk umumnya menjadi sangat keras sehingga tidak mudah hancur. Pada saat cerumen terbentuk maka involucrum pada koloni juga akan terbentuk. Menurut Prof. Mappatoba, jumlah trigona pada koloni yang sudah stabil sangat luar biasa yakni sekitar 100.000 ekor sedangkan pada koloni baru terdapat sekitar 10.000 ekor. Pada setiap kelahiran lebah trigona rata-rata dihasilkan 10% anakan calon lebah ratu.

INOVASI SARANG LEBAH TRIGONA
Karena mudahnya untuk beradaptasi maka lebah trigona mudah untuk membuat sarang di mana saja. Salah satunya dengan menggunakan bambu sepanjang 60 cm yang sudah dibelah menjadi dua bagian dengan kedua ujung bambu tertutup oleh ruas. Hal ini yang dilakukan oleh Muhammad Harun, salah seorang pemelihara lebah trigona di Desa Sigarpenjalin, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Penggunaan bambu sebagai rumah lebah telah umum dilakukan oleh peternak lebah di Lombok Utara. Bambu-bambu yang telah berisi lebah disimpan dengan posisi horizontal pada sebuah rak. Akan tetapi ketika sarang lebah akan dibuka untuk pemanenan, Muhammad Harun mengalami kesulitan untuk membukanya karena propolis telah merekatkan kedua belah bambu tersebut.
 Gambar 3. Salah satu contoh sarang trigona dari bambu milik warga NTB (Foto: Irwan Aji, 2011)

Kesulitan ini telah dialami oleh peternak lain yaitu Sukandar dari Desa Radda, Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Berbekal pengalaman beternak selama lebih dari 5 tahun, Sukandar dan rekan-rekannya yang merupakan anggota kelompok Peternak Lebah Bee Son mendesain sarang lebah yang lebih mudah dan praktis. Setelah beberapa kali mencoba melakukan perubahan desain, ternyata ditemukan model rumah trigona yang cocok. Tipe rumah vertical yang terdiri atas dua ruas. Rumah lebah trigona ini disebut bandala yang terbuat dari kayu uru yang kebetulan banyak tumbuh di daerah tersebut (Gambar 4).
 Gambar 4. Inovasi sarang trigona dari kayu uru (Anonim, 2010)

Kelebihan bentuk rumah vertical ini adalah kemudahan untuk membongkar satu per satu ruas rumah ketika melakukan panen serta mudah untuk memasangnya kembali. Selain itu desain vertical ini menyerupai kondisi rumah trigona di alam yaitu ketika trigona membuat sarang di dalam lubang-lubang pohon.
Sampai saat ini Sukandar memiliki 50 bendala yang dari usaha tersebut bisa menghasilkan minimal Rp. 5 juta per bulan, yang merupakan hasil penjualan 30 kg propolis (Rp. 60 ribu per kg) dan 50 liter madu (Rp. 60 ribu per liter). Sukandar menjual propolisnya ke perusahaan di Makassar, Sulawesi Selatan. Sedangkan madu yang diproduksi habis terjual di rumah karena nama Sukandar sebagai penjual madu sudah terkenal di kalangan penduduk sekitar.
Sebenarnya Sukandar memiliki peluang untuk meningkatkan omset menjadi Rp. 60 juta per bulan dengan adanya tawaran untuk ekspor ke Jepang. Namun belum bisa dipenuhi karena sumberdaya lebahnya yang terbatas. Oleh karena itu walaupun usaha ini terbilang mudah bahkan terkesan seperti tidak serius namun ternyata cukup menjanjikan apalagi jika dilakukan dengan terus mencari innovasi dalam hal teknis budidaya dan metode perkembangbiakan koloni yang lebih efektif dan praktis.

Lebah Trigona Si Penghasil Madu Propolis

Lebah tidak lagi identik dengan penghasil madu.  Ada juga lebah penghasil propolis. Lebah tersebut dinamakan lebah trigona. Lebah yang tidak memiliki sengat ini berasal dari Asia.
Lebah trigona, termasuk lebah yang mudah untuk dibudidayakan. “Lebah trigona itu relatif mudah untuk diternakkan karena ukurannya lebih kecil, tidak perlu penanganan khusus, tidak perlu digembalakan, lebih tahan terhadap penyakit, dan mudah untuk dikembangbiakkan.
Lebah trigona itu tidak ada masa paceklik karena tubuhnya yang kecil dapat menjangkau bunga yang ukurannya kecil,” kata Ahmad Turamsili yang akrab dipanggil Agam, salah satu pemilik Peternakan Lebah Trigona Spp-GudangMadu.
Lebah trigona hanya sedikit menghasilkan madu. Untuk satu koloni, apabila perkembangannya bagus, hanya dapat menghasilkan madu 100-200 ml per 3 bulan. Rasa dari madu lebah trigona ini terkenal asam karena mengandung resin.
Madu lebah trigona apabila dijual sangat mahal. Untuk 1 liter madu trigona, dihargai Rp 200-300 ribu. Menurut Agam, penderita diabetes dan hipertensi sangat senang mengkonsumsi madu lebah trigona karena terasa lebih nyaman di tubuhnya.
Selain itu, madu trigona dapat menyembuhkan penyakit mata dan mencegah katarak. Hanya dengan menteteskan ke mata yang merah, berangsur-angsur mata pun kembali normal.
Dilihat dari jumlah madu yang dihasilkannya sedikit, madu lebah trigona jarang dijual. Yang terkenal dari lebah trigona ini adalah propolisnya. Propolis merupakan  antibiotik alami. Di lebah sendiri, propolis bermanfaat untuk pertahanan rumahnya. Dalam sekali panen, lebah trigona dapat menghasilkan propolis 100-150 gr untuk satu koloni.
Lahan Peternakan Lebah Trigona Spp-GudangMadu memiliki luas 100 ha dan berada di daerah Leuwiliang, Bogor. Untuk 100 ha, terdapat 500 kotak lebah. Satu kotak lebah tersebut, berukuran 15 x 15 x 25 cm dan terbuat dari kayu. “Sebenarnya tidak harus kotak kayu, di dalam bambu atau gentong pun bisa. Yang terpenting tempatnya kering dan jauh dari polusi. Digunakan kotak kayu, agar mudah dibuka dan ditutup kembali,” katanya.

MEMPERBANYAK KOLONI LEBAH TRIGONA KEDUA KU

 Bermimpi dengan satu koloni kelihatannya sangatlah berlebihan. Akan tetapi pada kondisi dengan keterbatasan anggaran (untuk membeli koloni) dan kelangkaan koloni, bermimpi dengan 1 koloni sebagai star up harus diupayakan. Keberhasilan membutuhkan ketekunan dan kesabaran. Mimpi harus diraih setahap demi setahap. Kreativitas, kerja keras dan belajar dengan menggali berbagai informasi dari beragam media harus dilakukan. Sejalan dengan itu, sebagaimana telah dijelaskan pada posting sebelumnya “BERMIMPI DENGAN SATU KOLONI”, Kotak yang aku pasang diatas sarang aslinya, sebelumnya, ternyata hanya sebagai tempat lewatnya lalu lalang trigonaku ke sarang yang berisi telur dan ratu. Telah hampir 3 bulan, dan kotak yang aku pasang belum ada hasilnya. Dan intuisiku, bila dengan cara sekarang, 2 tahun pun koloni tidak akan berkembang, karena harapan kotak yang aku tambahkan menjadi sarang untuk telur klanceng sulit diharapkan. Akhirnya, aku coba dengan cara yang lebih frontal, dengan alat seadanya (palu, sabit dan pisau daging) aku mulai melebarkan lobang ke arah sarang. Pekerjaan yang cukup melelahkan, dengan sedikit demi sedikit akhirnya 3 jam lobang sarang terbuka. Sebenarnya pekerjaan ini mengandung ke khawatiran, pasalnya bila fatal akibatnya, trigona pertamaku gagal maka akan kehilangan trigona carbonaria yang menurutku sangat sulit untuk mendapatkannya.
Telur-telur trigonaku tampak terlihat dan tertata rapi berbentuk sipiral. Hewan-hewan kecil berwarna hitam beterbangan, mungkin ribuan lebah yang bersarang disitu sebagian besar beterbangan karena merasa terganggu. Beberapa kali aku menjadi sararan gigitan binatang kecil itu. Saat pertama kali kena gigitan, kaget meskipun tidak sesakit gigitan nyamuk, akhirnya terbiasa dengan gigitan,dan aku biarkan tanganku menjadi sasaran gigitan mereka. Dengan hati-hati aku ambil sebagian telur mereka, dan aku pindahkan ke kotak yang telah disiapkan sebelumnya.
 
Berdasarkan pengamatan, dari sekian telur yang tertata rapi, terdapat telur yang ukurannya lebih besar (4 kali telur yang lain), nah ini mungkin yang sebagian literature menyebutnya sebagai royal brood, atau telur calon ratu baru, semoga benar. Sayang saya tidak sempat mengambil gambar proses pemecahan koloni, karena saya bekerja sendirian, sehingga tidak ada yang mengabadikan kegiatan saya saat melakukan proses pemecahan koloni.
3 hari paska pemecahan koloni, saya berharap besar, kotak yang berisi koloni baru menunjukkan aktivitas klanceng (keluar-masuk) meskipun tidak setinggi aktivitas koloni pertamaku. Semoga menjadi awal yang baik. Keberhasilan pemecahan koloni menjadi 2, dalam 3 bulan ke depan bisa menjadi 4 koloni. Sehingga proyeksi dalam 1 tahun bisa mendapatkan paling tidak 16 koloni klanceng.
Dengan apa yang saya postingkan, semoga menjadi inspirasi bagi para pemula, tidak ada batasanya kita punya mimpi dan bangun segera untuk mengejarnya dengan kondisi apapun. Keterbatasan modal, asal dengan ketekunan dan kesabaran, sesuatu yang kecil/sepele bisa menjadi harapan untuk beberapa periode ke depan. Kita menanam harapan sekarang, dipupuk dan dibesarkan untuk dapat menuai hasil di masa yang akan datang.

Bermimpi Sukses Dengan Satu Koloni Lebah Trigona

Indonesia merupakan negara yang kaya akan biota hayati tumbuhan. Di sekeliling kita banyak tanaman berbunga yang tumbuh sebagai tanaman pohon, perdu maupun rumput-rumputan. Sungguh sangat potensial untuk mengembangkan koloni lebah madu (jenis trigona maupun apis). Bayangkan, saat saya mencoba explorasi di manca Negara, ketemu pelebahan di Yaman, yang notabene daerahnya banyak yang berbatu dan tandus. Hebatnya perlebahan di area tersebut cukup bagus, ditandai dengan lebaih dari 30 kota lebah berada di lokasi tersebut. Di Tokyo dan Hongkong telah muncul organisasi pelebahan kota yang berlokasi diatap gedung bertingkat.
Di Yaman tanah tandus berbatu, sementara Tokyo dan Hongkong merupakan Negara beriklim sub tropis. Pada daerah seperti Yaman tentunya keanekaragaman hayati jauh dibawah Indonesia. Pada daerah sub tropis, pelebahan mulai mengalami penurunan saat musim gugur, dimana hamper semua bunga dan dedaunan rontok hingga nyaris tidak ada sumber pakan untuk lebah. Setelah musim gugur diikuti musim dingin, yang mana semua tanaman mengalami hibernasi, dan sudah bisa dipastikan tidak ada pakan lebah pada musim itu. Petani lebah mulai mendapatkan aktivitas ekstra untuk menyimpan lebah2 mereka pada musim dingin untuk menjaga kelangsungan hidup mereka dengan cara memberi pakan selama musim tersebut, dan menjaga suhu untuk lebah tetap hidup.
Untuk Negara dengan iklim tropis seperti Indonesia, Brazilia, Argentina,dll masa-masa hibernasi tanaman tidak dikenal. Akan tetapi digantikan dengan musim penghujan, yang pada musim itu masih tetap tanaman tertentu yang berbunga. Di Indonesia, musim penghujan bukanlah masa hibernasi bagi lebah, akan tetapi masa penurunan aktvitas lebah dan pergantian musim pembungaan untuk tanaman tertentu. Untuk pelebah skala besar, musim penghujan barangkali menjadi masalah, karena rendahnya aktivitas lebah mencari makan, dan menurunya kuantitas pembungaan, sehingga periode ini sering dikatakan sebagai masa paceklik perlebahan. Untuk mempertahankan jumlah koloni, petani lebah seringkali harus menambahkan makanan tambahan berupa sirup yang terbuat dari larutan gula.
Untuk lebah trigona, barangkali masa-masa musim penghujan bukanlah masa paceklik, meskipun kuantitas nectar dan pollen yang dihasilkan jumlahnya menurun. Hal ini disebabkan karena lebah trigona mencari makan pada bunga-bunga tertentu yang sebagian besar berbeda dengan lebah apis. Pada koloni pertamaku, trigona mencari makan pada berbagai bunga yang ada pada radius 100 m, artinya setara dengan 3.14 hektar luasan untuk mencari makan dari berbagai varietas tumbuhan. Perlu diketahui, jumlah nectar yang dibutuhkan untuk trigona sangat lah sedikit, sebagian aktivitas banyak dipakai untuk mencari propolis dan pollen. Artinya, sumber nectar tidaklah menjadi satu-satunya kendala dalam budidaya lebah trigona. Beberapa tumbuhan yang sering dihinggapi trigona dalam mencari makan : mangga (apis jarang datang), kersen/klasem/ceres, berbagai tumbuhan hias berbunga, kelapa, putri malu, rambutan,bunga pisang dan masih banyak yang lain yang terdapat di lingkungan tanaman hias.  
Berbagai teknik pengembangan koloni telah saya cermati melalui youtube dan tulisan yang relevan dengan itu. Akan tetapi saat ini saya masih belum bisa mengekspose, karena belum terbukti secara factual. Tunggu saat saya telah bisa menggandakan satu koloni menjadi 2 atau lebih, akan saya posting teknik pemecahan dan pengembangan koloni trigona.
Prospek Bisnis Trigona
Bila kita coba untuk menelusuri bisnis trigona, ada beberapa hasil budidaya trigona yang dapat dijadikan rupiah antara lain : madu dan propolis. Harga yang ditawarkan pun bervariasi dan sangat menggiurkan. Nah pertanyaan yang sering muncul adalah kemana kita harus memasarkan hasil dari budidaya trigona tersebut?.
Bisnis identik dengan wirausaha, artinya seringkali kita harus berpikir sangat panjang untuk memulai sebuah bisnis dan waktu hanya dihabiskan untuk berpikir. Saat yang lain sudah berjalan kita masih dalam pemikiran. Wirausaha mengandung resiko gagal, bangkrut, akan tetapi saat berhasil bisa menghasilkan financial yang cukup menggiurkan. Trigona barangkali bisa menjadi alternatif yang murah dalam memulai sebuah bisnis. Anggaplah sebagai hobi, mengembangkan suatu koloni dianalogikan kita memeliahara hewan piaraan seperti burung, kucing, anjing dll. Artinya orientasi awal kita adalah menjadikan trigona sebagai hewan eksotik yang menarik untuk ditangkarkan. Dengan berkembangnya koloni, maka kita dapat menghasilkan madu, yang paling tidak kalo belum bisa menjual bisa sebagai konsumsi keluarga menjadi suplemen madu yang berkualitas yang bisa untuk meningkatkan kesehatan dan kecerdasan bagi anak.
Dalam sebuah bisnis, pemasaran adalah menjadi salah satu kunci pertama keberhasilan. Akan tetapi perlu diingat, saat kita tidak mempunyai apa-apa (produk) pemasaran tidak pernah terjadi. Artinya dalam skala kecil dan menengah, tidaklah penting kita terlalu panjang mendiskusikan pemasaran. Pernah saya memulai usaha jamur tiram, saat itu daerah saya belum sama sekali ada produk jamur tiram di pasaran. Dan pada saat itu, banyak dari teman yang saya ajak menanyakan bagaiamana memasarkan produknya, bagaimana prospeknya, siapa yang mau menerima hasil panen nanti. Saya saat itu simple berpikirnya, kapan lagi saya memasarkan produk kalo belum mengupayakan barangnya. Dan akhirnya saya sendirian untuk memulai usaha budidaya jamur tiram. Dengan model pemasaran tradisional dengan membuat tulisan “JUAL JAMUR TIRAM” dan pada setiap kemasan saya sajikan kandungan nutrisi dan cara memasak jamur, jamur tiram saya hampir selalu habis. Akan tetapi sekarang jamur tiram sudah tidak lagi saya produksi, karena ketiadaan energy untuk mengelola itu. Analogi dengan usaha yang pernah saya mulai, saya mencoba untuk melalukan hal lain yang relatif tidak membutuhkan energy dan waktu yang cukup besar, dan pilihan saya setelah itu adalah budidaya lebah madu, yang salah satunya adalah trigona. Alasan saya sangat simple, lebah penghasil madu tidak butuh diberi makan sebagaimana ternak yang lain, tidak butuh dibersihkan kandangnya saat kita memelihara hewan lain, tidak butuh diawasi setiap saat, dan luar biasanya mereka secara berkala dapat menghasilkan madu dan propolis yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi.
Kapan kita bisa memulai sebuah bisnis/usaha?
Sebenarnya banyak sekali alternatif untuk kita bisa memulai sebuah usaha. Bayangkan, sampah2 pertanian melimpah dan hanya habis dibakar (jerami bisa dibuat jamur merang), limbah penggergajian bisa dipakai untuk jamur tiram, dan lain-lain. Nah demikian pula untuk lebah madu, tidaklah penting berapa jumlah koloni yang bisa kita budidayakan, akan tetapi mulailah dengan yang terkecil yang kita bisa untuk bermimpi sesuatu yang besar. Satu koloni trigona dalam satu tahun bisa menjadi lebih dari 4 koloni, tahun 2 sudah lebih dari 16 koloni, tahun ketiga lebih dari 48 koloni. Sungguh sudah sangat menjanjikan saat kita mulai sekarang, menjadi besar setelah 3-5 tahun ke depan. Kalau kita menunda sekarang, maka capaian 3-5 tahun juga akan tertunda.
Budidaya lebah madu tidak membutuhkan kehadiran fisik setiap saat. Kita cukup meluangkan waktu 2 jam dalam seminggu untuk mengecek koloni. Artinya saat kita hanya mempunyai sedikit koloni, kita masih bisa untuk melakukan aktivitas produktif yang lain. Kalo saya mengatakan dengan teman2 dekat saya, mulailah dengan iseng-iseng berhadiah. Dari iseng suatu saat bisa menjadi sesuatu yang penting dan sangat prospektif.
Saya tidak mengerti caranya!
Sekarang ilmu itu bisa dicari dari berbagai media. Bagi yang mengerti internet, dunia maya gudangnya ilmu dan guru yang sangat luar biasa. Apapun yang kita inginkan tersedia di internet. Kalo tidak bisa internet, ya belajar. Kalo tidak bisa lagi bagaimana? Mulailah dengan bergaul dengan banyak orang, gunakan akal pikiran kita untuk memikirkan sesuatu yang bisa menghasilkan. Mengamati lebah dan mencoba melakukan sesuatu dengan mencoba sesuatu yang baru.

Indonesia surganya lebah Trigona Khususnya di Kalimantan

Bila kita mengembara di dunia maya, di beberapa negara telah berkembang dengan sangat hebatnya tentang perlebahan, mulai dari pemuliaan, hingga bisnis yang berkaitan dengan produk dari lebah. Ilmu tentang perlebahan di Indonesia masih lah belum berkembang, jangankan hingga pada level mereka, 50 % pun belum melampaui. Padahal, di Indonesia sangat melimpah ruah, sumber-sumber pakan lebah yang notabene masih alamiah (artinya belum ditata secara visioner,pengembangan landscaping yang terlembagakan dengan baik).
Spesifik pada lebah trigona, barangkali di belahan bumi Indonesia bisa diseterakan dengan alam di Brasilia, sama-sama beriklim tropis dan dilalui jalur katulistiwa. Di Brasilia telah berkembang pemuliaan lebah trigona dengan sangat baiknya, dengan dimulai oleh lembaga akademik melalui berbagai risetnya yang telah disebarluaskan informasinya termasuk dalam bentuk video di YOUTUBE. Alam yang menyerupai di Brasilia sana adalah Kalimantan, dengan prosentase hutan belantara yang masih cukup luas, dilalui garis katulistiwa, dilalui sungai besar (kapuas) yang bisa diidentikan dengan sungai amazon. Kehidupan masyarakatnya juga hampir sama, di Kalimantan tersebar suku-suku yang hidup di belantara sebagaimana di Amazon (ingat legenda TARZAN).
Investigasi spesies trigona telah dilakukan, dan di Indonesia ada sekitar 32 an spesies trigona, yang hingga saat ini saya belum bisa mendapatkan data riilnya (foto, video, riset). sedangkan sebagian yang lain tersebar di berbagai belahan dunia termasuk yang terbanyak di Amazon. Saya telah melihat beberapa spesies yang identik dgn yang saya lihat di Amazon, yang di budidayakan di Borneo (kalimantan) melalui youtube. Akan tetapi level pengembangan yang dilakukan masih lah belum sehebat yang dilakukan di Brasilia, dengan dukungan institusi akademik, televisi lokal, dan dunia internet. Mungkin kita butuh volentir-volentir yang mau untuk memperhatikan potensi lokal kita, untuk lebih mensejahterakan masyarakat luas. Kegiatan yang tidak hanya beorientasi proyek (formalitas kegiatan) akan tetapi lebih pada peningkatan kemanfaatan dari output kegiatannya.
Dari hasil analisa subyektif saya, mengingat potensi alam kita yang sangat luar biasa, Indonesia merupakan salah satu negara yang bisa menjadi surganya lebah (trigona maupun apis). Saya harus bisa membuktikan hipotesa subyektif ini, mari...kita sama2 membuktikan, untuk lebih memanfaatkan potensi alam kita untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kita.
Salam untuk saudara-saudara sebangsa dan setanah air di bumi Borneo, yang kaya akan segala potensi alam baik yang hayati maupun non hayati. Jadikan borneo mandiri secara ekonomi, energi, industri. majukan, jadikan ikon perkembangan yang tidak kalah dengan sudut indonesia yg lain (jawa, bali dll).

Koloni Lebah Trigona Pertama ku


Lebah trigona atau sering disebut stingless bee, lebah klanceng (jawa), terdiri banyak jenis. Salah satu jenis yang paling dikenal adalah nano trigona hitam yang biasa hidum di dalam bamboo yang telah kering dan berlobang. Bentuk lebah ini hitam, dan tak bersengat. Jenis lain yang sama peris bentuknya dengan lebah klanceng tersebut adalah trigona carboniora yang mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar. Panjang lebah ini kira-kira 5-6 mm, dengan ukuran tubuh 3-4 kali lebah trigona nano. Spesies ini ada di Indonesia, dan baru2 ini saya mendapatkan dari hutan di wilayah Pekalongan. Lebah ini biasanya hidup di batang pohon yang berongga dan berukuran cukup besar (diameter diatas 25 cm).  


Saya telah memulai untuk menangkar satu koloni tersebut untuk dapat dikembangkan secara intensif. Hasil pengamatan selama 5 hari paska instalasi menunjukkan kondisi yang menggembirakan. Aktivitas yang sangat tinggi ditunjukkan dengan lalu lintas lebah yang keluar masuk sarang sangat tinggi dengan membawa propolis atau pollen (kedua jenis benda ini bisa dilihat di kaki belakang trigona saat kembali ke sarang). Mulut/pintu masuk telah dibangun mereka dengan menambah propolis sehingga bentuknya menonjol. Hal ini mudah2an mengindikasikan kalo koloni sudah berniat membangun dan mengembangkan sarang yang permanen pada tempat yang saya rekayasa (penambahan bentuk kotak di kayu log sarang aslinya).

 Sebenarnya masih ada beberapa jenis trigona yang sangat potensial untuk dikembangkan seperti melipona scutelaris (kalo di internet biasanya banyak di ekspose oleh peternak brazil) karena kantong madunya yang besar dan terpisah dengan telur. Akan tetapi saya belum sempat menemukan koloni ini di daerah saya, meskipun saat saya mengamati lebah2 yang datang di bunga2 di depan rumah, jenis yang identik dengan spesies tersebut tampak hadir mencari nectar atau pollen. Yang sering tampak di lingkungan daerah saya adalah jenis nano trigona yang sangat kecil, dan relatif sulit untuk memanen madunya karena tata letak telur, pollen dan madu tidak se teratur lebah trigona lain yang lebih besar.

CARA MENDAPATKAN KOLONI LEBAH TRIGONA


Lebah klanceng atau trigona banyak terdapat di sekitar kita, biasanya bersarang di dinding bambu di masyarakat pedesaan. Ini merupkan trigona yang sangat kecil, yang biasa kita jumpai. Masyarakat seringkali tidak menyadari akan manfaat lebah ini, dan cenderung tidak mempedulikan keberadaan hewan ini. Padahal bila di telusuri, lebah ini mampu memberikan mandu dan propolis yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Ketidakpedulian masyarakat dikarenakan rendahnya madu yang dapat diproduksi hewan ini, Biasanya, dalam sekali pengambilan madu klanceng lilar, hanya mendapatkan tidak lebih dari 1 gelas madu. Lebah ini sangat mudah dibudidayakan dan tidak berbahaya karena memang tidak punya sengat. Bayangkan bila kita mempunyai 50 koloni lebah klanceng jenis ini, paling tidak mampu memberikan hampir 50 gelas madu setiap  dan sekitar 5 kg propolis setiap kali panen madu (sekitar 2-3 bulan). Kalaupun belum bisa di komersialkan, hasil madu dapat dimanfaatkan sebagai tambahan nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan dan kecerdasan anak. Klanceng jenis ini biasanya mencari makan di sekitar sarang. Oleh karena itu, dalam budidaya klanceng jenis ini perlu mengupayakan tanaman sumber makanan lebah di sekitar sarang. (radius tidak lebih dari 50 m)
Cara memuliabiakkan lebah ini sangat sederhana, berikut ini
Kandang/kotak lebah   : dari triples atau kayu sengon, bambu
Ukuran    : tinggi 10 cm, lebar 10 cm dan panjang 25 cm
Ambil koloni liar lebah klanceng yang ada di dinding bambu, pindahkan semua telur dan berikut pekerja dan  ratunya. Jadilah lebah klanceng yang telah ditangkarkan pada kotak yang direncanakan.
tujuan pembuatan kotak adalah untuk memudahkan dalam memanen madu, dan juga untuk tujuan pemecahan koloni.

Jenis lebah klanceng yang lain, yang tubuhnya lebih besar, berwarna hitam, besarnya sekitar 3-4 kali lebah klanceng diatas, sering disebut dengan trigona Carbonaria, masih bisa dijumpai di hutan-hutan di Jawa. Saya sudah mendapatkan koloni ini di hutan daerah Pekalongan, dan sudah saya tangkarkan. Produksi madu lebah ini tentunya jauh lebih besar dari klanceng yang hidup di dinding/bambu. Ukuran pot madu sebesar ibu jari orang dewasa, bentuk sarangnya bertipe spiral dan berada di tengah sarang. produktivitas madunya belum bisa diukur, tapi bila berdasarkan di internet, lebah mampu bisa lebih dari 2 gelas setiap kali panen (3 bulan).Saat ini koloni klanceng carbonaria pertamaku sudah 2 bulan, ntar lagi saya akan mencoba untuk memanen madu nya, dan memindahkan koloni ke kotak ukuran 25x25x7 cm +25x25x7 cm (dua tingkat).
Pemecahan koloni untuk jenis ini juga simple, cukup dengan memecah telur menjadi 2 bagian, dan ditempatkan pada kotak yang berbeda. Menurut penelitian, saat kita memecah koloni, untuk koloni yang tanpa ratu, lebah pekerja segera akan menjadikan telur yang ada menjadi calon ratu, sehingga mampu menjadi koloni yang terpisah. Jangkauan mencari makan lebah ini juga cukup jauh. Berdasarkan pengamatanku, setiap lebah yang pergi mencari sumber makanan, dia akan terbang tinggi kemudian menuju arah tertentu yang belum bisa saya identifikasikan sumber tujuannya. saya telah mencoba mencari di beberapa tumbuhan berbunga di arah perginya lebah, tapi masih belum menemukannya. Akan tetapi bila dilihat dari lalu lintas di pintu masuk kotak, menunjukkan keaktifan yang cukup baik. lebih 10 ekor lebah masuk sarang dalam 1 menit, artinya 360 dalam 1 jam, atau 3600 dalam sehari.
Jenis trigona lain, saya yakin masih bisa didapati di lingkungan kita, hanya saja, yang saya punyai baru kedua jenis klanceng ini. Untuk jenis yang lain masih dalam pencarian. Bila di lihat di daerah borneo (Kalimantan) masih ada jenis lain yang prospektif untuk dibudidayakan secara komersial (liat tulisan saya tentang penelitian trigona di UNMUL). Saat ini masih belum banyak orang yang menggeluti trigona, sehingga keragaman pemuliabiakan spesies trigona masih terbatas. Di Malaysia lebih berkembang lagi, dan mestinya kita tidak selayaknya ketinggalan di banding mereka. Di Indonesia, sejauh yang saya tahu, jenis trigona yang di tawarkan untuk dijualbelikan untuk ditangkarkan masih didominasi jenis yang pertama. Indikasinya adalah media sarang yang masih berupa bambu.
Bila ada telah membudidayakan jenis T. Carbonaria, atau jenis lain yang produktif, mohon di sharing informasinya, saya masih membutuhkan untuk menambah koleksi spesies trigonaku, untuk dikembangkan lagi untuk skala komersial.